Mengingat Pemberontakan APRA 23 Januari 1950, HvB Gelar Pameran
"Inti dari pameran ini adalah mereminder, mengingatkan kembali kepada masyarakat khususnya warga Kota Bandung tentang sejarah yang pernah terjadi di kotanya. Salah satunya Peristiwa APRA pada 23 Januari 1950," kata Ganda Permana, pegiat HvB, Senin (23/1/2017) di lokasi pameran.
Peristiwa APRA ini, imbuhnya, memakan korban jiwa yang cukup banyak terutama di kalangan TNI yang gugur lebih dari 70 orang. Mereka gugur dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru berusia sekitar 4,5 tahun saat itu.
Pasukan pemberontak ini tergolong sadis. Para korban yang gugur tidak hanya ditembaki tetapi juga dibantai membabi buta. Di antara tentara republik yang gugur adalah perwira APRIS Letkol Adolf Lembong. Nama ini kemudian diabadikan menjadi nama jalan lokasi itu yang dulu bernama Oude Hospitaalweg. Sementara gedung museum-bagian dari Bintaldam III/Siliwangi, saat itu berfungsi sebagai Kantor Stafkwartier Divisi Siliwangi.
Dalam kegiatan ini, HvB memamerkan sedikitnya 30 dokumentasi foto peristiwa APRA. Sumber foto-foto tersebut sebagian besar dari Collectie Moluks Historisch Museum. Foto-foto hitam-putih tersebut dicetak pada kertas foto ukuran A4 dan dipajang dalam stand kayu setinggi dada orang dewasa.
Ada foto barisan pasukan APRA tengah berjalan di pusat Kota Bandung. Mereka hendak melakukan penyerangan untuk menghancurkan pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) di Jawa Barat dan Divisi Siliwangi. Kemudian, dipamerkan dokumentasi foto jenazah anggota TNI yang gugur dalam peristiwa itu hingga pasukan APRA menyita sepeda milik TNI yang dinaikan ke truk.
"Hari ini, 23 Januari adalah momentum mengingat peristiwa itu. HvB juga pernah melakukan teatrikal terkait penyerangan APRA dan film dokumentasi beberapa menit," tambah Ganda.
Dari pantauan Jelajah Nusa, pengunjung yang datang ke pameran foto sejarah itu tak hanya masyarakat umum, tetapi juga mahasiswa dan pelajar sekolah hingga komunitas. (IA)*