Tak Akan Tersesat di Taman Labirin
JELAJAH NUSA - Taman Labirin, begitulah taman hijau yang satu ini kini akrab disapa. Nama tersebut belumlah lama melekat lantaran area taman yang digunakan boleh dibilang "muka lama tapi baru". September 2016, wajah baru taman ini diperkenalkan kepada masyarakat dan warga Kota Bandung sebagai destinasi baru sekaligus area bermain.
Sebelumnya area taman dikenal dengan nama Taman Balai Kota Bandung yang penuh tanaman dan bebungaan warna warni. Sebagian warga malah mengenalnya Taman Merpati. Selain di sekitar itu ada patung merpati putih, juga lantaran pepohonan rindang yang dihuni aneka jenis burung.
Meski berada di dalam lingkungan kantor pusat Pemerintahan Kota Bandung, sebagaimana taman pendahulunya, Taman Labirin dapat dengan mudah diakses, dikunjungi dan dinikmati oleh siapa saja. Terlebih pada saat akhir pekan, masyarakat banyak yang berkunjung walau hanya untuk sekadar berfoto bersama rekan. Tak hanya remaja dan dewasa, anak-anak dan belia pun tak ketinggalan turut bersama-sama menikmati keasrian dan kesejukan sekitar taman. Alhasil, taman ini menjadi area rekreasi favorit bagi keluarga.
Jauh sebelumnya, area taman di balai kota sudah menjadi tempat favorit wisata keluarga terutama orang-orang Belanda yang menetap di Bandung. Taman Balai Kota sejatinya taman tertua yang dibangun di kota berjuluk parijs van java ini. Namanya Pieterspark atau Pieter Sijtchoffpark saat kali pertama dirancang botanikus R Teuscher dan dibangun tahun 1885 silam. Nama taman diambil dari nama Asisten Residen Priangan Pieter Sijtchoff, untuk mengenang jasanya dalam perkembangan Kota Bandung.
Pieterspark populer juga dengan sebutan Kebon Radja. Apa sebab? Di sebelah timur taman terdapat Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzern yang kerap disebut Sakola Radja oleh masyarakat Bandung tempo dulu. Sebagian Pieterspark, tepat di bagian tengah area, sekarang didesain unik serupa labirin.
Sesuai namanya, yang menjadi daya tarik bagi pengunjung ke Taman Labirin adalah labirinnya itu. Kendati demikian, labirin di sini di desain tidaklah begitu rumit dan tidak memiliki jalan buntu, seperti labirin yang lumrah dijumpai. Tak juga ada tembok atau pintu-pintu penuh misteri. Sebagai ruang publik baru, taman ini memiliki konsep revitalisasi yang sengaja dibuat seperti labirin agar bisa menikmati keindahan taman sambil memasuki area dan berkeliling di dalamnya.
Sisi taman yang ditanami rumput kian meninggi dari mulut hingga ke pusat taman. Di pusat ini, tinggi labirin berdinding pelat baja mencapai tinggi rata-rata orang dewasa. Sementara di bagian tengah taman terdapat pohon tinggi besar yang sudah tua namun masih kokoh berdiri rindang. Di bagian tengah ini jalan labirin melingkar dan tembus ke semua sudut. Jadi, sesiapa saja tak akan menemui jalan buntu.
Taman Labirin dapat diakses melalui ke empat sudut taman berbentuk persegi ini secara diagonal dengan lebar jalan sekira setengah meter. Akses jalan masuk berfungsi sekaligus sebagai akses jalan keluar, berjalan maupun berlari. Keluar dari sudut mana pun, tenang saja, pengunjung tak akan tersesat. Yang memungkinkan, masuk dari sudut yang satu namun bisa keluar dari sudut yang lain. Pendek kata, untuk keluar tergantung arah mana yang diambil pengunjung sewaktu berada di lingkaran pusat labirin. (IA)*