Selendang Dayang Sumbi, Keindahan Ukiran Alam
JELAJAH NUSA - Kawasan Bandung Utara memang tak lepas dari berbagai fenomena geologi yang kini mewarisi potensi alam sebagai objek wisata. Peristiwa geologi terjadi akibat letusan gunung api aktif di kawasan tersebut, diantaranya Gunung Tangkubanparahu, Gunung pra Sunda (Gunung Jayagiri) dan Gunung Sunda.
Salah satu hasil karya dari peristiwa geologi ketiga gunung tersebut, yakni Batu Lava Pahoehoe menyerupai lipatan selendang yang berada di area Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda, Dago, Bandung. Lokasinya sekitar 3 - 4 kilometer dari gerbang utama dan berada di bantaran Sungai Cikapundung. Masyarakat sekitar mengenal batu berwarna hitam mengkilat itu dengan sebutan "Selendang Dayang Sumbi", diambil dari nama ibunda Sangkuriang, legenda Jawa Barat yang berasal dari kawasan Gunung Tangkubanparahu.
Menurut pakar Geologi dari Masyarakat Geografi Indonesia, T. Bachtiar, batu Selendang Dayang Sumbi awalnya berupa aliran lava Gunung Tangkubanparahu bersifat basal dan berusia 41.000 - 48.000 tahun yang lalu. Aliran lava basal lebih encer dan dapat mengalir hingga jauh lalu membeku. Lavanya berjenis Pahoehoe yang berarti "halus, tidak terputus" dengan suhunya mencapai 1100 sampai 12.000 Celcius.
Batu Selendang Dayang Sumbi terlihat bagai lukisan alam yang terekam di atas kanvas berupa bebatuan datar seluas 5 x 2 meter persegi. Keindahannya akan terlihat jelas dari jarak dekat sekira 2 - 3 meter, nampak sekitar 5 motif pola lipatan dengan ukuran berbeda menyerupai motif batik sebuah selendang. Ada lipatan panjang berujung lancip tapi ada juga yang pendek dengan lipatan lebih besar.
Jika kita berkunjung ke sana, akan sedikit menghadapi rintangan karena harus menuruni tebing yang cukup curam setinggi 100 meter dengan kontur tanah licin. Namun semua itu akan terbayar dengan keindahan Batu Selendang yang dipadukan blok formasi batuan sisa letusan gunung berapi lainnya yang tersebar di atas tebing dan sepanjang Sungai Cikapundung. Ditemani suara keras air yang menghantam batu vulkanik, kekaguman itu bertambah besar karena bila dilihat dari atas, lukisan alam itu terlihat mengkilap seperti kaca saat beradu dengan sinar matahari. (IG)