Kujang Lambang Kebanggaan Urang Sunda

JELAJAH NUSA - Kujang adalah senjata tradisional masyarakat Sunda. Umumnya dipahami sebagai sebuah pisau yang bentuknya menyerupai alat tikam. Padahal secara fungsional kujang pun dikenal sebagai sebuah simbol atau lambang, kelengkapan upacara adat hingga perkakas.

Berbicara tentang kujang, identik dengan Sunda Pajajaran masa silam. Sebab, kujang merupakan salah satu aspek identitas eksistensi budaya Sunda kala itu. Sebagai alat misalnya, kujang sudah digunakan sebagai perkakas pertanian sejak lama. Sumber tertulisnya tercatat pada naskah kuno Siksakanda Ng Karesian (1518). Sumber lain yang mengungkap eksistensi kujang adalah tradisi lisan semisal Pantun Bogor ataupun babasan seperti kujang dua pangada©kna dan sebagainya.

Menurut catatan Anis Djatisunda, pemberitaan tentang kujang selalu terselip hampir dalam setiap lakon dan episode kisah serial Pantun Bogor. Selain fungsi, jenis, dan bentuk, juga dikisahkan para figur pemakainya sampai bagaimana cara menggunakan kujang. Pendek kata, Pantun Bogor memberitakan, pada zaman jayanya Kerajaan Pajajaran, kujang merupakan perkakas yang multiguna.

Pada tradisi lisan yang mengakar, kujang dimaknai juga sebagai kukuh kana jangji. "Masyarakat Sunda mempunyai cara dan ciri berpegang teguh pada janji. Yakni janji dalam berucap, janji dalam berperilaku dan janji dalam menyikapi kehidupan. Itu yang dipegang," terang pemerhati kujang, Tedi Permadi (45). Namun, imbuhnya, makna itu mulai luntur seiring perubahan zaman dan adanya interaksi dengan budaya luar. Akhirnya, kujang hanya dipahami sebagai senjata dan perkakas. Bahkan, kesadaran akan kujang di tengah masyarakat sempat hilang beberapa periode.

Kujang terbentuk dari budaya masyarakat Sunda pra modern, dan "senjata" tersebut dibuat oleh masyarakat huma atau masyarakat berkultur peladang. Bentuk kujang diyakini telah mengalami perubahan atau setidaknya memiliki banyak ragam bentuk. Namun sebagai sebuah pisau, kujang tampil begitu estetis sehingga memiliki daya pikat, tidak mengintimidasi mata dan perasaan penikmatnya.

Sebagai senjata andalan, kujang mempunyai ciri khusus yakni umumnya berbahan pamor. Pamor mencakup motif, corak atau kontur tertentu pada bilah senjata tajam yang dihasilkan dari penggunaan sejumlah material, pembakaran dan teknik penempaan logam. Kujang pamor sebagai sebuah gagaman atau pusaka, umumnya tidak digunakan secara langsung dalam sebuah perkelahian. Secara personal, kujang biasanya berperan sebagai batur ludeung (teman berperang) atau senjata pamungkas di samping sebagai simbol dari si pemegangnya.

Kujang adalah penjaga semangat orang Sunda. Kini, banyak generasi muda yang kembali mendalami atau menelusuri soal kujang. Ya, identitas sekaligus kebanggaan yang menjadi ciri dari suatu entitas. "Generasi muda jangan menunggu pewarisan, karena pewarisan sifatnya lambat. Harus proaktif, harus ada perebutan, ambil apapun itu yang menyangkut kebudayaan miliknya, tak hanya budaya Sunda. Jangan sampai jati kasilih ku junti," tandas Tedi.

Sebagai identitas dan lambang kebanggaan, eksistensi kujang pun telah diupayakan lebih mengglobal seperti dalam bentuk aksesori atau cenderamata khas Sunda. Memang, diperlukan upaya nyata untuk kembali menghadirkan produk kujang yang memberi kesan atau impresi mengagumkan. Apalagi jika akan menghadirkan kujang sebagaimana dibuat para empu terdahulu semisal kujang pamor tangguh Pajajaran.

Selain tersimpan di museum-museum, sampai sekarang kujang masih banyak dimiliki oleh sebagian masyarakat Sunda perorangan. Tentu saja hanya berfungsi sebagai benda wujud kesetiaan kepada leluhur Sunda pada masa jayanya Pajajaran. Sebagai bentuk upaya melestarikan warisan leluhur, kujang dijadikan bagian dari lambang Provinsi Jawa Barat yang mencerminkan identitas masyarakat Sunda. (IA)

Share this Post:

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae