Kerajinan Eceng Gondok Unik & Ramah Lingkungan

Jelajah Nusa - Berawal dari kesedihannya melihat Sungai Citarum yang penuh sampah dan tak terkendalinya pertumbuhan eceng gondok di sana, Indra Darmawan berinisiatif untuk memberdayakan sampah yang ada di sungai Citarum.

"Sebagai warga yang mendiami bantaran Sungai Citarum, saya merasa sedih dengan keadaan sungai Citarum yang sekarang," tuturnya saat ditemui di workshopnya di Desa Cihampelas, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, beberapa waktu lalu.

Awalnya Indra memunguti sampah dan mengambil eceng gondok dari Citarum untuk dikumpulkan. Dari sana muncul ide cemerlangnya untuk mencoba membuat sebuah benda seperti tas atau kerajinan lainnya dari sampah dan eceng gondok.

"Setiap pagi saya memunguti sampah dan eceng gondok di Sungai Citarum. Malamnya, baru saya buat kerajinan tas dan lainnya," paparnya.

Namun, dengan penuh keyakinan dan ketekunan, Indra pun berhasil membuktikan bahwa dari sesuatu yang mereka anggap tak bernilai, ternyata memiliki nilai ekonomi. Berbagai macam kerajinan berbahan dasar eceng gondok telah berhasil ia buat. Mulai dari tas, meja, kaligrafi dan briket. Harga produk kerajinan eceng gondok tersebut bervariasi dari harga terendah yakni Rp 25.000 untuk produk celengan hingga Rp 650.000 untuk lampu tidur.

Pria 44 tahun ini, mulai melakoni kisah inspiratifnya tersebut sejak 2008. Dia kemudian mengajak warga setempat mengambil dan mengeringkan eceng gondok, lalu mengolah agar menghasilkan rupiah. Tujuan lainnya, Indra ingin melestarikan lingkungan Citarum dengan menanggulangi eceng gondok yang dapat memicu sedimentasi.

"Sekarang ada sekitar 75 hektar eceng gondok yang belum termanfaatkan di Kecamatan Batujajar dan Kecamatan Cihampelas. Saya mengajak warga yang tak memiliki pekerjaan untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi nilai ekonomis," terang Indra.

Lewat Koperasi 'Bangkit Bersama' yang didirikannya pada 2009, usaha kerajinan tangan berbahan eceng gondok itu menuai respons positif. Indra kini rutin membeli eceng gondok dari anggota koperasi senilai Rp 500 ribu yang berbobot tiga kuintal.

"Eceng gondok itu seluruhnya bisa dimanfaatkan. Akarnya untuk media tanam, batangnya jadi tas dan produk mebel, serpihannya bisa dijadikan briket," jelas Indra sambil memperlihatkan hasil karyanya.

Hebatnya, omzet kerajian eceng gondok yang dijual Koperasi 'Bangkit Bersama' bisa menembus angka Rp 5 juta hingga Rp 8 juta per bulan. Untuk pemasarannya, selain menjual pada relasi, komunitas pecinta lingkungan dan bisnis secara online, Indra pun rajin mengikuti pameran-pameran kerajinan dalam negeri.

Kini hasil kerajinannya pun banyak diminati banyak orang, tak hanya di Jawa Barat, namun Sumatera, Kalimantan, Bali, hingga Bangka Belitung. (Abdan/kont.JN)

Share this Post:

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae