Jelajah Keindahan dalam Kegelapan

Jelajah Nusa - Caving atau jelajah gua pada dasarnya dikenal sebagai olahraga rekreasi. Selain untuk olahraga, caving juga dilakukan dengan tujuan penelitian ilmiah, bahkan kini sudah mulai banyak yang menjadikan caving sebagai bentuk wisata adventure. Awalnya caving muncul di Perancis sekitar tahun 1800-an, sedangkan di Indonesia mulai ada sekitar tahun 1970-an.

Bentuk caving biasanya dilakukan pada dua jenis gua, yakni gua kering dan gua berair yang di dalamnya terdapat sungai atau kolam. Tekniknya, tergantung karakter gua, ada vertikal dan horizontal. Khusus untuk vertikal perlu tambahan teknik dan peralatan memanjat.

Menurut Andreas Polin dari Palawa UNPAD yang pernah melakukan ekpedisi gua-gua di Pulau Jawa, 2013 lalu, untuk melakukan caving harus ada manajemen dan persiapan, manajemen waktu, peralatan, logistik, informasi cuaca, dilakukan secara tim jangan sendiri minimal 4 orang. Bagi pemula harus didampingi orang berpengalaman. Paling utama pengetahuan tentang karakter gua, meliputi pemetaan lokasi, kondisi cuaca, struktur gua, serta koordinat lokasi.

Caving memang memiliki daya tarik yang besar bagi penyuka kegiatan di alam bebas. Namun perlu diingat, kegiatan ini pun mengandung banyak tantangan dan memiliki risiko tingkat kecelakaan cukup tinggi. Makanya, jangan sembarang dilakukan, mesti memiliki wawasan dan keahlian khusus.

Ada potensi bahaya yang memungkinkan terjadi kecelakaan dalam penelusuran gua, di antaranya bahaya banjir yang mungkin terjadi di gua berair, terpeleset karena meloncati lubang, terbentur dinding gua, tertimpa batu runtuhan dinding gua yang rapuh, kedinginan, dan sesak napas. Potensi bahaya tersebut bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya tergantung dari persiapan dan pengalaman yang dimiliki penelusur gua.

Risiko kecelakaan dapat diminimalisir jika para penelusur gua memahami etika pencegahannya, seperti tidak memaksakan menelusuri gua bila kondisi badan tidak fit, keterampilan dan pengetahuan kurang terutama pada gua vertikal, peralatan tidak lengkap dan kurang terawat, kesiapan mental kurang, anggota terlemah jadi patokan standar apabila anggota tersebut mengalami gangguan maka penelusuran harus dihentikan. Jangan masuk gua saat musim hujan, ijin orangtua dan - yang juga diperlukan - adalah pemberitahuan ke pengurus warga sekitar lokasi.

"Selain itu, jika kita caving di gua berair, satu anggota harus menunggu di mulut gua untuk memantau cuaca sebagai pencegahan bahaya banjir. Terus kita juga harus memperhatikan dan memperhitungkan ketersediaan oksigen di dalam gua, jangan sampai berebutan oksigen dengan kelelawar. Waspada juga dengan gas metan hasil dari kotoran kelelawar, jika begitu masuk sudah terasa sesak nafas lebih baik batal dan keluar gua," tambah Andreas.

Sekali lagi jangan pernah lakukan caving atau kegiatan alam bebas lainnya hanya untuk gengsi dan tren semata. Lakukanlah dengan bijak dengan ditunjang pengetahuan, persiapan, dan keterampilan yang mumpuni. Dan terakhir, tetaplah bersahabat dengan alam semesta. (IG)

Share this Post:

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae